Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Tangisan Sarmila Pecah Oleh Janji Palsu Lelaki Paruh Baya yang Merenggut Vario Harta Satu-satunya

Kamis, April 17, 2025, 12:15 WIB Last Updated 2025-04-17T05:15:25Z


Sumenep, Kompasone.com - Di tengah gersangnya takdir yang telah merenggut belahan jiwanya, Sarmila (nama samaran), seorang ibu tunggal dengan dua malaikat kecil yang kehilangan ayahanda beberapa tahun silam, kembali diuji oleh kejamnya dunia. Bukan badai materi yang menerpa, melainkan hantaman hati yang lebih perih, diukir oleh seorang pria paruh baya yang tega memangsa harapan di tengah nestapa.


Dialah Bang Toyib (nama samaran pula), pria yang mengaku berasal dari Gerbang Salam, Pamekasan, hadir bagai Mata Air di gurun tandus kesendirian Sarmila. Dengan modus operandi klasik namun memilukan, ia menebar jala asmara berkedok niat suci: menikahi Sarmila. Percakapan pertama bermula dari "salah sambung" telepon, sebuah kebetulan yang dirancang begitu apik hingga mampu meluluhkan hati seorang wanita yang merindukan sandaran.


Toyib, dengan kepiawaian seorang aktor bejad, memainkan peran pria peduli, seorang penyelamat bagi Sarmila dan kedua buah hatinya yang yatim. Ia mengumbar janji, membangun istana pasir harapan di atas puing-puing kesedihan. Sarmila, dengan hati yang rapuh namun penuh dambaan, akhirnya luluh dan bersedia bertemu, sebuah pertemuan yang kelak menjadi awal dari tragedi yang lebih dalam.


Bak kail yang telah mengena, Toyib mengatur siasat. Ia meminta Sarmila membawa kedua anaknya menjemputnya di Pasar Pragaan, tempat di mana ia akan turun dari taksi. Sebuah permintaan yang terdengar wajar, namun menyimpan niat busuk yang tersembunyi. Di tengah keramaian pasar, topeng kepedulian Toyib belum sepenuhnya runtuh. Ia bahkan mengambil alih kemudi motor Vario, satu-satunya aset berharga milik Sarmila, membonceng ibu dan kedua anaknya.


Drama kemanusiaan palsu itu mencapai puncaknya di sebuah swalayan. Toyib, dengan wajah tanpa dosa, meminta Sarmila dan kedua anaknya untuk berbelanja kebutuhan, sembari berjanji akan mengambil uang tunai di ATM terdekat. Sebuah alasan yang terdengar masuk akal, namun menyimpan kebohongan yang begitu menyayat hati.


Menit demi menit berlalu, namun sosok Toyib tak kunjung kembali. Sarmila, bersama kedua anaknya yang polos, menunggu dengan penuh tanya. Hingga akhirnya, kenyataan pahit menghantam bagai palu godam: Toyib telah pergi, membawa serta motor Vario, satu-satunya tumpuan hidup Sarmila dan kedua buah hatinya.


Di tanah Madura yang terkenal dengan harga diri dan kehormatan, kisah pilu Sarmila mengiris kalbu. Seorang janda yang telah kehilangan suami, kini harus kehilangan pula harta satu-satunya akibat kebiadaban seorang pria yang tega memanfaatkan kerapuhan hatinya. Air mata Sarmila bukan hanya duka kehilangan materi, namun juga luka yang menganga akibat pengkhianatan dan pupusnya harapan akan sebuah kehidupan yang lebih baik.


Tragedi ini bukan sekadar kisah kriminal biasa. Ini adalah cerminan betapa kejamnya dunia ini terhadap mereka yang lemah dan penuh harapan. Di balik senyum polos kedua anak yatim Sarmila, tersembunyi luka yang mungkin akan membekas seumur hidup.


Sementara itu, Bang Toyib, dengan hati sekeras batu, telah meninggalkan jejak nestapa di hati seorang ibu yang berjuang seorang diri demi masa depan kedua buah hatinya. Semoga keadilan segera menemukan jalannya, dan Sarmila serta kedua anaknya diberikan kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan ini. Sungguh tega, sungguh memilukan. Sungguh kejam pria yang mengaku dari Kabupaten Salang Pagerbang.


(R. M Hendra)

Iklan

iklan
iklan