Sumenep, Kompasone.com - kembali menjadi sorotan, bukan karena keindahan baharinya yang memesona, melainkan karena ironi pembangunan yang mencolok. Ach Supyadi, SH. MH., seorang putra daerah Pulau Raas yang berprofesi sebagai legal eagle, baru-baru ini mengguncang jagat maya dengan aksinya yang viral menyoroti kondisi infrastruktur jalan di wilayah Kepulauan Sumenep yang memprihatinkan. Bukan sekadar keluhan biasa, narasi yang dilontarkan Supyadi bagai pisau bedah yang menguliti janji-janji manis pembangunan.
Dengan retorika yang tajam namun tetap elegan, Supyadi tanpa tedeng aling-aling menyatakan bahwa periode pertama kepemimpinan Bupati Achmad Fauzi Wongsoyudo nyaris nihil dalam sentuhan perbaikan infrastruktur yang signifikan di kepulauan. Ditemui di jantung kekuasaan Sumenep, Supyadi dengan nada getir menyuarakan keluh kesah masyarakat kepulauan yang merasa dianaktirikan, terutama dalam hal infrastruktur jalan yang menjadi urat nadi perekonomian dan sosial.
"Kepulauan Sumenep ini seolah hanya diingat saat pesta demokrasi tiba, suaranya dibutuhkan, setelah itu kembali terlupakan," ujar Supyadi dengan nada sinis yang menusuk. Sabtu (5/4) menjadi saksi bagaimana kekecewaan mendalam terpancar dari sorot mata Supyadi, yang mengaku tak habis pikir dengan kepemimpinan Bupati di periode keduanya. "Di periode pertama saja, prioritas pembangunan kepulauan hanya sebatas retorika visi misi di atas kertas," sesalnya, menyiratkan kekecewaan yang terakumulasi.
Menepis segala kemungkinan adanya agenda tersembunyi, Supyadi dengan tegas menyatakan bahwa aksinya murni didorong oleh keprihatinan mendalam terhadap nasib "orang pulau". Baginya, ini adalah panggilan jiwa untuk menyuarakan ketidakadilan yang dirasakan oleh saudara-saudaranya di kepulauan. Harapannya sederhana namun menggugah: agar aksinya ini menjadi katalisator bagi para aktivis kepulauan untuk bersama-sama mengawal isu krusial ini.
Sebagai bentuk protes yang lebih nyata, Supyadi bahkan telah memasang sejumlah banner bernada sindiran pedas di berbagai sudut Kota Sumenep. Tulisan lugas namun menohok seperti, "Bupati Sumenep, Lihatlah…!!! Banyak Jalan Rusak di Kepulauan, Rusaknya Sudah Lama lho..!" menjadi pengingat visual yang sulit diabaikan.
Ironisnya, Bupati Achmad Fauzi Wongsoyudo kini tengah memasuki periode kedua kepemimpinannya, dengan warisan pekerjaan rumah yang sama: infrastruktur jalan di kepulauan yang belum tertangani secara tuntas. Meskipun dalam berbagai kesempatan Bupati mengakui tantangan ini dan menyatakan komitmen pemerintah untuk merealisasikan infrastruktur kepulauan yang setara dengan wilayah daratan, pertanyaan besar tetap menggantung di udara: Kapan janji tersebut benar-benar terwujud, bukan sekadar menjadi narasi pemanis di awal masa jabatan?
Aksi Supyadi ini bukan sekadar luapan emosi seorang individu, melainkan representasi kekecewaan kolektif masyarakat Kepulauan Sumenep yang mendambakan keadilan pembangunan. Ini adalah tamparan keras bagi pemerintah daerah untuk segera bertindak, membuktikan bahwa komitmen yang diucapkan bukan sekadar lip service belaka.
Jangan sampai, keindahan alam Kepulauan Sumenep justru berbanding terbalik dengan kondisi infrastrukturnya, menjadi paradoks yang terus menggerogoti kepercayaan masyarakat terhadap janji-janji pembangunan. Publik kini menanti, bukan sekadar retorika, melainkan aksi nyata yang merobohkan tembok ketidakadilan pembangunan di ujung timur Madura ini.
(R. M Hendra)