Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Kasus Borong Tiket Gratis Berujung Tragedi Bunuh Diri, Buruknya Management Express Bahari

Sabtu, April 26, 2025, 19:21 WIB Last Updated 2025-04-26T12:21:53Z


Sumenep, Kompasone.com - Di balik pilunya dugaan aksi bunuh diri seorang penumpang Kapal Express Bahari 9C rute Kalianget–Kangean di perairan Takat Noko, Jumat (18/04/2025), tersembunyi sebuah ironi yang lebih besar dan mendasar: inkompetensi struktural yang akut dan kelemahan sistemik yang disinyalir kuat mencengkeram manajemen PT Inti Sakti Makmur, pengelola armada Express Bahari. 


Tragedi ini kini bukan lagi sekadar kisah duka seorang individu, melainkan sebuah otopsi telanjang atas bobroknya tata kelola perusahaan pelayaran yang seharusnya mengutamakan keselamatan dan pelayanan prima.


Gelombang desakan masyarakat Sumenep agar Kepala Cabang Express Bahari Kalianget segera dilengserkan dan digantikan oleh sosok yang memiliki kompetensi serta akuntabilitas tak terbantahkan kian menguat. Insiden tragis ini adalah manifestasi nyata dari penyakit kronis dalam tubuh organisasi, sebuah kegagalan struktural yang menuntut pembenahan radikal, bukan sekadar respons reaktif sesaat. 


Ketidakmampuan manajemen dalam menyediakan informasi elementer terkait identitas penumpang yang menjadi korban adalah sinyal bahaya, indikator kuat praktik operasional yang jauh dari kata optimal dan berpotensi melabrak standar keselamatan yang seharusnya dijunjung tinggi.


Dalam konferensi pers yang digelar pasca rapat internal yang terkesan tertutup di Hotel Java In (19/04/2025), Suudin, figur publik Sumenep yang dikenal dengan ketegasan intelektualnya, tanpa tedeng aling-aling melancarkan kritik pedas yang menelanjangi aib manajemen Express Bahari. 


Dengan retorika yang cerdas dan argumentasi yang didasarkan pada logika operasional yang sehat, Uuk dengan lantang menyatakan bahwa kebuntuan dalam mengidentifikasi korban secara komprehensif bukanlah sekadar kelalaian administratif yang remeh-temeh, melainkan simptom dari penyakit struktural yang menggerogoti fondasi perusahaan.


"Ketidakjelasan identitas korban adalah anomali yang menguak dua skenario sama-sama absurd dan membahayakan," ujar Uuk dengan nada suara yang menyimpan kegeraman intelektual yang mendalam. "Pertama, adanya kemungkinan penumpang gelap yang berhasil mengecoh sistem validasi tiket resmi, sebuah preseden buruk bagi keamanan pelayaran. Kedua, dan ini jauh lebih mengerikan, adalah praktik transaksional tiket ilegal yang terorganisir, sebuah indikasi kuat lemahnya pengawasan internal dan potensi praktik korupsi yang menggerogoti integritas perusahaan. 


Lebih jauh dari itu, kita tidak bisa menutup mata terhadap kecurigaan praktik overload penumpang, sebuah tindakan gegabah yang secara inheren mengancam keselamatan setiap nyawa di atas kapal."


Uuk tidak hanya piawai dalam mendiagnosis penyakit. Dengan ketajaman seorang ahli bedah, ia menuntut tindakan korektif yang radikal dan terukur. Audit investigatif yang komprehensif dan transparan terhadap seluruh lini operasional Kapal Express Bahari adalah imperatif yang tidak bisa ditawar. 


Lebih spesifik lagi, Uuk secara eksplisit merekomendasikan agar Muhammad Nurullah, Kepala Cabang Express Bahari Kalianget, segera dibebastugaskan dari jabatannya. Kegagalan Nurullah dalam mengemban amanah kepemimpinan dianggap sebagai katalisator utama yang memperparah kekacauan manajemen, yang pada akhirnya bermuara pada tragedi yang seharusnya dapat dihindari.


Senada dengan kegelisahan Uuk, suara sumbang dari masyarakat Kangean pun semakin menggema. Seorang warga dengan nada geram mengungkapkan kejanggalan yang terjadi bahkan dalam program mudik gratis. "Mulai dari mudik gratis dalam hari raya... kaca sudah bermasalah karena diduga tiket diborong oleh orang dalam," ungkapnya, menyiratkan adanya praktik nepotisme dan penyalahgunaan wewenang yang semakin memperburuk citra perusahaan.


Tragedi dugaan bunuh diri di perairan Kangean ini telah membuka kotak pandora kebobrokan manajemen Express Bahari. Suara masyarakat kini bulat dan mendesak agar Kepala Cabang Express Bahari segera diganti dengan figur yang memiliki integritas, kompetensi, dan komitmen yang tak diragukan dalam menjalankan tugasnya. 


Kelalaian dan keabaian terhadap regulasi demi menjaga keselamatan bersama tidak dapat ditoleransi. Insiden ini adalah alarm keras bagi PT Inti Sakti Makmur untuk segera berbenah diri secara menyeluruh, atau bersiap menghadapi gelombang ketidakpercayaan dan tuntutan hukum yang lebih besar dari masyarakat yang merasa keselamatannya diabaikan. 


Laut Kangean telah menjadi saksi bisu, bukan hanya dari pilunya sebuah kehilangan nyawa, tetapi juga dari buruknya sebuah sistem yang membutuhkan revolusi kepemimpinan dan manajemen yang mendasar.


(R. M Hendra)

Iklan

iklan
iklan