Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Menguak Jaringan Narkoba 'Bos Kodok' Di Asahan Yang Bebas Merambah Desa

Kamis, Januari 09, 2025, 16:32 WIB Last Updated 2025-01-09T09:36:55Z


Asahan, Kompasone.com - Meskipun berulangkali petugas berhasil mengamankan narkoba dan menindak pelakunya di Asahan,namun tak menyurutkan peredaran barang haram tersebut. Belakangan peredaran narkoba di Asahan semakin marak hingga merambah ke pelosok Desa. 


Petugas seakan tak berdaya atau sengaja tutup mata dengan fenomena yang ada. Begitulah realita yang terjadi dilapangan saat ini. Entahlah.


Narkoba begitu mewabah di Asahan khususnya Kota Kisaran. Aromanya begitu menyengat hingga ke pelosok Desa. Anehnya petugas seakan tak pernah ada atau tidak melihat adanya narkoba. 


Apalagi, saat ini di Kisaran sentral terdengar jaringan narkoba dikendalikan oleh MRK (36Thn) alias Bos Kodok. Lelaki berdarah Aceh itu disinyalir telah mengkondisikan situasi sehingga aman dan lancar menjalankan bisnis haram tersebut. 


Seakan kebal hukum jaringan bandar busuk ini lancar beroperasi dibebarapa titik Kota Kisaran. Diantaranya di Kelurahan Karang Anyer, dan Jalan Ali Syahbana Mutiara Kisaran Timur. 


Daerah Karang Anyer Gambir Baru dipegang oleh UG yang merupakan jaringan Bos Kodok. Daerah Jalan Ali Syahbana dipegang oleh PO. 


Selain itu daerah Jalan Anwar dipegang oleh DK. Sedangkan AD, GD,AG,NN dan KK merupakan orang kepercayaan bandar yang bertugas sebagai 'Becak' atau tukang antar jemput barang dan uang. 


Sedangkan daerah Pangkal Titi dipegang oleh JM dan MD. Yang menjadi 'becak' untuk daerah tersebut yakni GD. 


Sementara, lokasi pangkal titi yang berjarak hanya sekitar 1 Km dari Mapolres Asahan kerap dipenuhi 'pasien' atau pembeli narkoba hingga malam hari. 


Setiap hari lebih kurang ratusan orang tampak hilir mudik di wilayah itu. Mereka datang hanya sekedar membeli sabu-sabu dengan berbagai variasi ukuran. 


Paket kecil seharga Rp 50 Ribu dan paket besar seharga Rp 70 Ribu.. Ada juga paket seperampat yang telah disiapkan. 


Mirisnya, pelosok Desa di Asahan mulai dijamah narkoba jaringan 'Bos Kodok' yang terkesan kebal hukum. Diantaranya daerah pinggiran kota Kisaran dan berbatasan dengan daerah lainnya. 


Hampir setiap Desa 'Bos Kodok' memiliki kaki tangan yang dijadikan sebagai pengedar narkoba.Masing-masing pengedar dipasok sabu-sabu sebanyak tiga bungkus atau seberat 3 ons. 


Biasanya sabu-sabu diantar oleh 'Becak' atau orang kepercayaan Bos Kodok dilapangan. Uang penjualan narkoba itu dikutip setiap minggu. 


Namun, terkadang setiap barang habis akan langsung disetor. Becak akan mengisi kembali barang untuk diedarkan. 



Seperti di Desa Taman Sari dipegang oleh HF, Desa Buntu Pane GA dan Desa Sambahuta dipegang oleh EP.


Selain itu, di daerah Mandoge dipegang oleh LB, Tinggi Raja dipegang oleh EO, dan daerah Gedangan dipegang oleh RB pengedar jaringan 'Bos Kodok'. 


Sedangkan di daerah Bandar Pulo dipegang oleh CR, Desa Sei Piring SL, dan Desa Sei Silau HR. Seterusnya, daerah Sidodadi dipegang oleh BR dan Desa Dadi Mulyo dipegang LM.


Ironisnya, peredaran narkoba yang marak di Asahan bukan hanya menyasar orang dewasa tapi juga para remaja. Tak jarang dari mereka bermasalah dalam rumahtangga. 


Bahkan dikhawatirkan akibat kecanduan narkoba pemakai bukan hanya menyakiti diri sendiri namun juga orang lain.Soalnya, narkoba merusak sendi kehidupan masyarakat, khususnya ekonomi bawah. 


Entah kenapa, peredaran narkoba jaringan 'Bos Kodok' ini lancar beroperasi dan terkesan bebas hambatan. Sepertinya,tak satupun pihak peduli dengan fenomena yang terjadi. 


Ada dugaan, lancarnya bisnis haram itu karena terorganisirnya permainan oknum aparat nakal. Sehingga ada muncul istilah 'Barang Bendera' atau satu komando di Kisaran.


Artinya bagi pengedar narkoba yang masuk dalam 'Bendera' dibawah kordinasi aparat dijamin aman. Sedangkan para pengedar yang tidak masuk barisan dianggap 'barang siluman' dan akan dilakukan penangkapan. 


Bahkan isu berkembang ada beberapa oknum petugas yang ikut dalam barisan 'Bos Kodok' sebagai informan orang dalam. Sehingga kalau ada razia penangkapan biasanya bocor duluan. 


Oknum petugas yang menjadi kaki tangan Bos Kodok itu diisukan juga ikut menitipkan barang.

Istilahnya numpang titip harga dari harga semula demi meraup keuntungan pribadi. 


Selain menitip harga oknum petugas itu disinyalir menjadi 'gudang'. Menjadi orang dalam yang merupakan tempat penyimpanan barang. 


"Kalau soal maraknya peredaran narkoba akan kita tindak. Kita akan menindaknya semaksimal mungkin, " ungkap Kasatnarkoba Polres Asahan, AKP Moelyoto beberapa waktu lalu saat ditanyakan soal maraknya narkoba di Asahan. 


Pihaknya katanya, akan melakukan penindakan semaksimal mungkin. Semua akan ditindak dan tidak ada pengecualian dalam pemberantasannya. 


Ketika ditanyakan soal jaringan narkoba 'Bos Kodok' yang bebas beroperasi dirinya mengatakan harus ada pembuktian. "Kalau berbicara jaringan harus ada yang ditangkap dulu baru bisa dibuat peta jaringan, "ujarnya berdiplomat.


Saat disinggung soal istilah 'Barang Bendera' dirinya mengatakan tidak paham. "Waduh itu persepsi masyarakat. Yang penting Satnarkoba akan menindak tegas wak, " ujarnya mengakhiri. 


Masyarakat Asahan khususnya kota Kisaran sangat berharap peredaran narkoba bisa dihentikan. Dibawah Komando Kasatnarkoba, AKP Moelyoto diyakini Asahan bisa bersinar atau bersih dari narkoba. Karena selama ini terkenal dengan prestasi tangkapan besar disekitar Asahan. Semoga saja.

 

(Arnes Arbain)

Iklan

iklan